Buku Tamu

Kepercayaan (Kitegi) dan Upacara (Momolapag) Leluhur Bolaang-Mongondow


 Kepercayaan Leluhur Dan Upacara-Upacara Adat Kuno
di  Bolaang Mongondow


            Sebelum masuknya agama Islam, rakyat Bolaang Mongondow memiliki kepercayaan kepada dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan gaib, yang banyak dihubungi dengan adat dan tradisi misalnya :
  • Mamelenga ialah mendengar pentunjuk-petunjuk kekuatan gaib malalui bunyi burung hantu (menikulu) untuk mengetahui hal kalah-menangnya dalam peperangan, sukses tidaknya suatu rencana naik rumah baru, dalam mengadakan/perjalanan, mendirikan bangunan, merombak hutan.

  • Mendeangongou ialah menjengkal sesuatu benda seperti sepotong bambu berukuran sejengkal untuk obat yang akan dipergunakan dalam menyembuhkan sesuatu penyakit. Caranya pada waktu menjengkal-jengkal bambu tersebut kemudian jengkalan sudah lebih dari ukuran sebenarnya sambil menyebut obat yand dipergunakan maka obat itulah yang harus diambil untuk mengeboti penyakit tersebut.

  • Metayek ialah mengobati seseorang penderita penyakit yang dilaksanakan dengan tari-tarian sambil diiringi nyanyian pujaan kepada dewa-dewa leluhur yang dianggap sakti, dimana sipenari telah dalam keadaan tidak sadar (kerasukan). Metayek atau tayok adalah merupakan jenis tari yang asli di daerah Bolaang Mongondow. Menurut penelitian tanggal 19 September s.d 28 September 1977, tarian Tayok ini hanya terdapat di desa Bilalang.1)
    Dalam tarian ini penari (Bolian) memang dalam keadaan kerasukan jin (roh) yang diperlukan untuk meminta sesuatu pertolongan atau Ilapidan dan roh ini dapat menentukan obat / ramuan obat yang diperlukan sehingga dapat menyembuhkan penyakit.

Kepercayaan Leluhur kepada adanya kekuatan gaib antara lain :
  • Komansilan, yaitu semacam jimat yang dipakai oleh laki-laki sebagai penangkal penyakit.

  • Dikolom, yaitu semacam jimat yang dipakai sebagai penjaga diri dan tahan terhadap black magic (sihir) yang datang dari luar.

  • Sigi, yaitu semacam kuil tempat penyembahan kepada Ompu Duata (Yang Maha Kuasa ). Didalam sigi dapat disimpan piring tua atau benda antik lainnya yang berasal dari para leluhur. Pada waktu Monibi (upacara pengobatan desa, penyembahan kepada roh leluhur atau pengorbanan), seluruh anggota masyarakat turut serta, dengan mengorbankan babi, kambing betina dan ayam yang darahnya dipercikkan kepada tangga sigi. Sigi juga merupakan tempat penghapusan dosa atau kesalahan bagi pesakitan, bagi pelanggar adat tertentu, sebagai penghapus aib. Dapatlah dikatakan bahwa sigi merupakan suatu lukisan kesatuan desa. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, ada keluarga yang mengangkat orang-orang tua yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara dalam desa, mengatur pemindahan hak, mengatur pertunangan, perkawinan dan juga sebagai penasehat dalam tugas-tugas pemerintahan yang disebut: Guhanga. Bahkan kepala desa (sangadi, bobato, kimalaha) dalam memutuskan sesuatu terlebih dahulu minta petunjuk dan pendapat dari para guhanga.2)
 
Upacara-Upacara Adat Kuno di Bolaang-Mongondow

        Pada zaman dahulu (sebelum masuknya agama Islam) terdapat upacara-upacara adat kuno, seperti :
  • Tengkiura-menile (Tengkiuna-menilen)
    Upacara yang dilakukan pada waktu akan mengadakan perombakan hutan dengan jalan mempersembahkan sirih pinang kepada dewa-dewa leluhur yang mula-mula adalah pemilik hutan tersebut (penjaga hutan).

  • Menelepak
    Menelepak asal kata pelapag ialah tempat yang sengaja dibuat sebagai tempat yang meletakan bahan-bahan penganan/sajian bail dari sagu, dari sagu itu kemudian diisi dalam bulu, nasi kuning ayam, telurnya sebagai persembahan kepada dewa-dewa leluhur yang dianggap sakti (Kitegi Duta = Ketegi Bontung), hal semacam ini bisa dilakukan oleh seseorang di kebun-kebun pada waktu penanaman, dengan maksud memintannya agar tanamannya tidak rusak oleh binatang dan memperoleh hasil yang memuaskan. Akan tetapi setalah masuknya agama Islam ke daerah Bolaang Mongondow upacara-upacara tersebut diatas berangsur-angsur mulai hilang.

  • Memajakaan-mepakean
    Memberikan makan kepada dewa-dewa yang dianggap sakti yang telah memberikan penghasilan- penghasilan sesuai dengan apa yang diharapkan sejak penanaman dan hal ini dilakukan sesudah penanaman.

  • Monibi
    Monibi yaitu upacara pengobatan kampung yang diadakan sekali dalam setahun. Seluruh anggota masyarakat turut terlibat dalamnya. Upacara monibi ini diadakan untuk menolak berbagai macam penyakit mewabah, atau menghindarkan bencana yang bakal menimpa penduduk. Upacara monibi terakhir diadakan pada tahun 1939 di desa Kotobangon (tempat kedudukan istana raja) dan di desa Matali (tempat pemakaman raja dan keturunannya).

  • Monayuk
    Monayuk yaitu upacara pengobatan yang mulai diadakan sejak kelahiran Mokodoludut yang sakit- sakitan sejak kecil.

  • Mongalang
    Mongalang yaitu upacara pada saat kematian raja atau keluarganya. Pada saat seperti itu dilagukan dete-dete (lagu duka). 

  • Momolapag
    Momolapag yaitu upacara penyembahan kepada roh leluhur dengan menyediakan sajian bagi yang disembah.
Info: Untuk momolapag telah dikembangkan menjadi sebuah tarian untuk pengobatan karena pengaruh gaib yang tak bisa di obati secara medis.3)
       Contoh Tarian Momolapag :




Referensi :
  1. Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta. 1983.
  2. ...Seri Kebudayaan Bolaang-Mongondow (Tanpa pengarang dan tahun penerbit).
  3. Dikumentasi Pribadi : Pentas Seni dan Budaya dalam rangka HUT Prov.SULUT. Kayuwatu. 26 September 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012. Lipu' Kobayagan - All Rights Reserved.
Proudly powered by Blogger